Pages

Rabu, 03 November 2010

MERAPI

Merapi Meletus
Radius Bahaya Naik Jadi 15 Km
Kamis, 4 November 2010 | 05:35 WIB

AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA
Gunung Merapi memeuntahkan lava dan awan panas terlihat dari Klaten, Selasa, November 2, 2010.
YOGYAKARTA, KOMPAS.com Erupsi eksplosif Gunung Merapi, Rabu (3/11/2010) pukul 16.05, menghasilkan luncuran awan panas berskala lebih besar daripada letusan pertama, 26 Oktober lalu. Letusan diikuti perluasan radius bahaya dari yang semula 10 kilometer menjadi 15 km dari puncak Merapi.

Bersamaan dengan erupsi eksplosif itu, turun hujan lebat dan mengakibatkan material vulkanik Merapi yang tersebar dan menumpuk di mana-mana berubah menjadi banjir lumpur di beberapa sungai besar di Yogyakarta, Klaten, Muntilan, dan Magelang.

Ancaman letusan mengakibatkan personel empat pos pengamatan Gunung Merapi di Yogyakarta dan  Magelang, Jawa Tengah, serentak dimundurkan ke daerah yang lebih aman, yang tak terjangkau semburan material vulkanik.

"Saya tidak mau ambil risiko, dan langsung meminta radius bahaya dimundurkan hingga minimal 15 kilometer," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, Rabu malam.

Surono menegaskan, letusan siang kemarin lebih besar kekuatannya dibandingkan dengan letusan pertama, 26 Oktober lalu. Ini bisa dijelaskan dengan skala awan panas yang berdurasi hingga dua jam, dengan jarak luncur 9 km menuju Kali Gendol, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Awan panas membawa serta berbagai material, seperti pasir, batu, abu, dan batu-batuan skala kecil dan besar.

Pada letusan 26 Oktober, yang selama ini dinilai sebagai letusan terbesar Merapi sepanjang krisis 2010, luncuran awan panas maksimal berdurasi 33 menit, dengan jarak luncur terjauh 7 km.

Berbeda dengan empat letusan besar sebelumnya yang bersifat eksplosif, yang ditandai suara dentuman, Surono mengatakan, erupsi kali ini tidak disertai dentuman. ”Namun, awan panas ini dipastikan dari letusan, bukan guguran,” katanya.

Kronologi letusan
Dari data kronologis Badan Geologi, letusan kemarin dimulai dengan luncuran awan panas kecil berdurasi maksimal dua menit pada pukul 11.11-13.19. Pukul 13.27 dan 13.30 terjadi gempa vulkanik. Kondisi cuaca buruk. Hujan dan kabut yang menyelimuti Merapi mengganggu pemantauan visual.

Guguran besar dari puncak terjadi pukul 14.00-14.03 sebanyak empat kali berdurasi maksimal 1 menit. Hal itu diikuti rentetan awan panas yang berlangsung 23 menit dengan satu awan panas berdurasi maksimal 5 menit.

Puncak letusan terjadi saat muncul awan panas besar pukul 14.27 yang berlangsung hingga pukul 16.23. Luncuran menuju selatan ke Kali Gendol dan sebagian menuju Kali Kuning, yang berjarak sekitar 2 km dari Kali Gendol.

Daerah bahaya meluas
Pada pukul 14.05 Surono memerintahkan petugas di pos pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Sleman, untuk turun menyelamatkan diri. Perintah pengosongan juga terjadi di tiga pos pengamatan Gunung Merapi yang lain, yaitu di Selo, Jrakah, dan Babadan, Jawa Tengah.

Melihat aktivitas awan panas yang tidak putus-putus, Surono memutuskan menambah radius bahaya primer Merapi menjadi 15 km. Meski sudah mereda pada pukul 16.23, hingga pukul 20.30 aktivitas Merapi masih menunjukkan geliat dengan luncuran beberapa awan panas dalam skala kecil.

Lahar dingin

Letusan Merapi berbarengan dengan turunnya hujan deras, selang beberapa saat. Akibatnya, banjir lahar dingin terjadi di sungai paling timur Yogyakarta, yaitu Kali Gendol, Kali Kuning, dan Kali Boyong.

Di Magelang, banjir lahar dingin masuk ke Kali Bebeng dan Kali Putih. Hujan air bercampur abu merata, meliputi Kecamatan Candimulyo, Mungkid, Sawangan, Dukun, Mertoyudan, Muntilan, dan Secang, semuanya di Magelang. Di Kecamatan Secang, hujan air bercampur abu bahkan terjadi hingga ke Soropadan, perbatasan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung.

Camat Srumbung, Agus Purgunanto, mengatakan, desa yang terdekat dengan alur sungai adalah Desa Kaliurang dan Desa Kemiren yang berjarak 800 meter dari Kali Bebeng.

Anggota tim SAR Sleman melaporkan, pipa air di Plunyon, Umbulharjo, putus diterjang lahar dingin.

"Ancaman Merapi adalah awan panas dan bahaya sekundernya, lahar dingin," ujar Surono di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bupati Sleman Sri Purnomo, sejumlah menteri, dan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Posko Pakem.

Pengarahan Presiden
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meninjau pengungsi letusan Gunung Merapi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu siang, mengemukakan, selama status Gunung Merapi belum aman, penduduk sebaiknya berada di pengungsian demi keselamatan mereka. "Penanganan harus lebih baik, terutama anak-anak juga harus terus dapat belajar," kata Presiden di hadapan ratusan penduduk dari Desa Kendalsari, Tegalmulyo, Deles, yang mengungsi di pos pengungsian Desa Dompol, Kecamatan Kemalang, Klaten.

Presiden mengatakan bahwa pemerintah akan membantu membangun kembali rumah dan sekolah yang rusak. Pembangunan baru dapat dilakukan setelah kondisi Gunung Merapi sudah aman. Sebelum aman, penduduk harus tetap di pengungsian.

Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini diikuti rombongan besar sejumlah menteri, termasuk Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Kepala Polri Komjen Timur Pradopo, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, dan Bupati Klaten Sunarna.(ENG/PRA/EGI/GAL/SON/WHO/HAR)
Kompas Cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendapat Anda Tentang Blog ini

TEMAN